PERANG PANDAN
https://i2.wp.com/masbrooo.com/wp-content/uploads/2018/02/Paket-Wisata-Perang-Pandan-Tenganan-Bali-Pesona-Indonesia-fototrip-1.jpg?fit=1030%2C687&ssl=1
Tradisi Perang Pandan Mekare-kare Bagian dari Upacara Keagamaan
Tradisi ini merupakan rangkaian upacara keagamaan yang dilakukan ketika upacara Sasih Sembah digelar. Upacara Sasih Sembah merupakan upacara terbesar yang diselenggarakan hanya sekali dalam setahun. Sedangkan Mekare-kare dihelat selama 2 hari mulai pukul 2 sore di halaman Balai Desa Tenganan.
Kaum pria menggunakan pakaian adat madya terdiri dari sarung, selendang, serta ikat kepala tanpa memakai baju atau hanya bertelanjang dada. Sedangkan para perempuan memakai pakaian khas Tenganan yang berupa kain tenun Pegringsingan.
Seperti namanya Perang Pandan, maka senjata yang digunakan adalah pandan berduri yang diikat. Pandan ini sebagai simbol sebuah gada yang dilengkapi dengan sebuah perisai yang terbuat dari rotan yang dipakai untuk tameng.
Perang Pandan Mekar-kare Diikuti oleh Pria dengan Tanpa Rasa Dendam
Perang Pandan Mekare-kare hanya boleh diikuti oleh kaum pria yang mulai menginjak usia dewasa. Sebelum acara puncaknya dimulai, seluruh peserta berkeliling desa untuk memohon keselamatan.
Saat perang berlangsung, peserta berdiri berhadap-hadapan satu lawan satu. Setiap peserta membawa seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai pada tangan kiri serta seorang wasit berada ditengah-tengah kedua peserta.
Ketika aba-aba dimulai, kedua peserta dengan serta merta saling serang dengan saling merangkul sambil memukulkan pandan di punggung lawan. Sambil dipukulkan, pandan tersebut juga digosokkan/digeretkan oleh karenanya disebut Upacara Mageret Pandan.
Tak terbayang bagaimana perihnya duri-duri pandan itu menancap dan melukai punggung-punggung peserta. Namun di sinilah letak adu nyali setiap peserta diuji. Mekare-kare ini hanya berlangsung selama satu menit diiringi dengan musik gamelan yang memacu semangat.
Semua peserta bergantian berperang dan prosesi ini berlangsung sekitar 3 jam. Selesai prosesi, luka di punggung peserta diobati dengan obat-obatan tradisional. Setelah selesai perang, tak ada dendam sekalipun dalam hati tiap peserta karena Mekare-kare adalah tradisi untuk upacara persembahan yang harus dilakukan dengan tulus ikhlas.
Warga Desa Tenganan adalah penganut agama Hindu seperti kebanyakan masyarakat Bali pada umumnya. Namun yang menjadi dewa tertinggi mereka adalah Dewa Indra berbeda dengan warga lainnya yakni dewa Tri Murti yaitu Brahma, Wisnu, Siwa sebagai dewa tertinggi.
Oleh karena itu, Perang Pandan Mekare-kare ini dihelat sebagai penghormatan kepada Dewa Indra sebagai Dewa Perang selain untuk menghormati para leluhur. Biasanya digelar pada bulan Juni bertepatan dengan upacara Ngusaba Kapat (Sasi Sembah).




Berfaedah
BalasHapus👍👍👍
BalasHapus👍👍👍👍👍
BalasHapusGood
BalasHapusEmang keren
BalasHapusMantul
BalasHapus👏
BalasHapusMantap
BalasHapusNice
BalasHapusMantap gim 👍
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusNtapss
BalasHapusntapss
BalasHapusMau nyoba deh
BalasHapusTop
BalasHapusGas bram
BalasHapusGasss wakkk
BalasHapusGasssss
BalasHapusGas cuk
BalasHapusMonto gen be Pangus man!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmantulll
BalasHapus